Satu Jam Bersama Pak Mun'im Sirri


Saya punya teman namanya Muhammad Qurrotul Aynan. Sekarang dia menempuh S1 di IAIN Jember Jurusan Bahasa. Tanggal 4 januari tahun lalu tepatnya malam rabu waktu itu berkesempatan main ke rumah Pak Mun'im. Kalau saya pribadi merupakan kedua kalinya setelah seminggu sebelum sama temanku dari Situbondo itu asalnya. Saya bisa sowan ke beliau hanya dengan perantara membelikan buku karya beliau "Kemunculan Islam Dalam Keserjanaan Revisionis" teman-teman yang memesan bukunya lewat saya.

Setelah saya chat Istri beliau, mempersilahkan kami berangkat jam 5 sore, saya pun berangkat menuju perumahan Paradise daerah (Jalan Kaliurang) populer dengan sebutan Jakal kata orang Jogja. Namun, setelah nyampek kerumahnya, beliau belum kunjung tiba, hingga akhirnya Ibu chat saya suruh nunggu dulu jika tiba duluan di rumahnya. Saya pun bersama teman satu pondok di Genggong itu menunggu hingga melewati waktu maghrib dan Isya' bahkan. Saya tidak luput dari perhatian Pak Mun'im dan istrinya, beliau segera chat saya suruh Shalat terlebih dahulu di mushalla; sekitar 500 meter dari rumahnya. Ibu bilang: Shalat dulu mas, nanti jika saya tiba, saya akan kabari.
Rasa ta'dzim saya pada seorang ilmuwan muslim indonesia itu, sebelum memberi kabar sudah tiba, saya bergegas kembali ke rumah beliau karena khawatir beliau yang menunggu.

Setelah 20 menit kemudian, mobil xenia warna putih melaju kencang ke arah rumah Pak Mun'im dan masuk ke garasi. Serentak ibu dan bapak mengungkapkan rasa minta maafnya kepada kami karena telah buat menunggu lama. Dalam hati sombong saya bilang : hahaha seorang pak mun'im minta maaf pada saya.... Haha nahan ketawa sendiri sebab malu. Setelah itu saya dan teman saya "M. Q. Aynan" di persilahkan masuk ruangan tamu dan di persilahkan duduk oleh Bapak dan Ibu. Setelah itu Bapak bilang gini:
Sorry sorry ya... Jadi lama nunggu nunggu ya...
Ya ini abis beli apartemen tadi, transaksinya lama. Maaf ya....

Wkwkkw (saya ketawa kecil) kenapa?

Kalau kita kan beli permen. Eh bapak beli apartemen (dalam hati saya bersuara gitu).

Kita lanjut bercerita, dengan sikap Bapak yang cukup terbuka. Karena latar belakang bapak dan saya orang Madura, serta temanku juga orang madura, tapi madura swasta (daerah tapal kuda), maka kami sempat menyinggung dimana kita mondok dan Bapak mondok. Hingga nyampek pada pembahasan sejarah Rektor UIN Sunan Kalijaga sebelum Mas Yudian kata bapak, yaitu Pak Minhaji salah satu lulusan tercepat di kanada tukas bapak.

Lebih lanjut bapak menanyakan, tentang keberadaan orang Madura di UIN pada saya. Jelas saya katakan sangat banyak pada Bapak Mun'im, apalagi Fakultas Ushuluddin, mayoritas. Bapak kaget. Wah... Banyak ya... Haha
Setelah itu Bapak tanya Prodi saya di UIN. Saya bilang Jurusan IAT Pak. Ternyata beliau sangat familiar dengan IAT dan beliau juga tau kalau IAT jurusan favorit.

Saya ngajar S3 di UIN, ada satu kelas; kelas Hermeneutik, anak-anaknya sangat bagus sekali dan saya senang sekali ngajar disitu. Kelas itu banyak yang lulusan IAT itu. (Pak Mun'im). Tidak hanya berhenti disitu, kisah kita semakin hangat satu jam-an bersama beliau,kami di hadiahi makan malam karena sudah nunggu lama, maka sengaja saya belikan makan malam kata Ibu dan Bapak. Saya pun sebagai Mahasiswa sekaligus Santri sangat bahagia ditawari makan malam, karena uang kita juga sudah menipis karena sebelumnya sudah belanja buku menghabiskan hampir 200 Ribu lebih. Kami pun menikmati makan malam berempat.

Terakhir, Kalimat Bapak menanyakan perihal semester kita, saya dan teman saya jawab masih semester 3 bapak. Wah... perjalanan anda masih panjang. kami jawab iya Pak. Setelah itu kami mencoba pamit pada Bapak sembari minta bukunya. Bapak pun dengan suka rela memberikan tanda tangan pada buku yang kami beli dengan sedikit harapan dan doa beliau "Semoga sukses selalu ya buat mas Misbah dan Mas Aynan". Dan beliau masih menyempatkan sejenak menerangkan isi bukunya yang bersifat dan tergolong anti mainstream. Setelah itu, kami pun bergegas hendak pulang, tapi sebelumnya, sempat mengabadikan moment itu dengan photo bareng yang di potret langsung oleh istrinya. Ini sebagai bukti kalau kamu pernah silaturrahmi kesini ya Mas. Haha (Pak Mun'im).

Kami pun balik dan salaman pada Bapak dan Ibu untuk pulang dan beliau bilang hati-hati di jalan. Sekian!!!

(Yang dapat saya ambil pelajaran dari pertemuan itu, untuk bisa memberi perubahan lebih, tidak hanya cerdas yang kita butuhkan, tapi penguasaan dan kejelian terhadap perkembangan ekonomi juga harus dikuasai (kaya raya) punya apartemen seperti beliau misalnya.

Thank's sudah baca yau.

1 Komentar

Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama