(Jogja) Sabtu 22 september 2018; kami ikut mewarnai peringatan Hari Perdamaian Internasional (International Day Of Peace) dengan acara “Scripture For Peace” ke Vihara Karangdjati dan Ashram Narayana. salah satu tempat bermukimnya umat Budha di Yogyakarta. Acara ini dimoderatori oleh Ahmad (Fasilitator YIPC), Mas Toto sebagai pembicara dari Vihara (Buddha), dan Bapak Budi Raharjo sebagai pembicra dari Hindu. Sekaligus Bapak Budi sebagai Pembina atau pengasuh dari pada Ashram Narayana.
Dalam acara ini banyak hal yang didisklusikan, selain belajar tentang kitab Tripitaka dan Wedha, acara ini menjadi mediasi mengetahui keberadaan mereka di lingkungan mayoritas muslim di Yogyakarta dan pada umumnya di seluruh wilayah di Indonesia. Bahkan, nantinya akan banyak penjelasan yang dapat kita ambil manfaat dan kita refleksikan.
source: https://www.globalgovernanceproject.org/ |
Kami akan mengawali penggalan cerita ini dari Vihara; Mas Toto sebagai tokoh Buddha beberapa kali menyebutkan bahwa ajaran kitab Tripitaka itu Universal. Artinya, tidak hanya bisa di akses oleh Umat Buddha saja, tapi bisa juga dapat diakses oleh Umat agama lainnya, baik Islam, Kristen dan sebagainya. Mas Toto berkata:
“Tidak dosa, jika membuang kitab TripitakaTidak dosa, jika tidak menyembah BudhaTapi dosa, jika merugikan orang lain.”
Ungkapan tersebut cukup sensitif oleh sebagian audiens yang mendengarkan (Islam dan Kristen). Sekilas bisa kita lihat seakan-akan tidak ada sikap penghormatan terhadap kitab sendiri dan Budha. Masak iya dibuang dan Buddha tidak disembah (dihormati)? Kemudian Mas Toto menjelaskan bahwa, memahami kata tersebut jangan hanya secara teks saja, akan tetapi pemahaman secara kontekstual juga sangat diperlukan.
Dalam istilah ilmu ke Islaman, jangan hanya memhami agama secara syari’at saja, tetapi secara tharikah dan haqiqah (Intuitif). Artinya, bukan tidak ada etika pada kitab suci dan tidak ada etika pada Buddha. Makna ‘membuang’ dan ‘tidak menghormati’ itu adalah seakan-akan tidak ada gunanya mengetahui banyak hal tentang agama dan taat pada Tuhan, sedangkan pada sesama Umat manusia tidak ada rasa kasih sayang dan peduli.
Surga dan Konsep Bahagia
Mencapai kebahagiaan, dimulai dengan diri sendiri, setelah itu baru ditularkan kepada orang lain. sebab Surga dan Neraka tidak harus menunggu mati, tapi surga dan neraka itu adalah kehidupan itu sendiri. Contohnya, kita berfikir yang baik dan happy, dan itulah surga. Sebaliknya, kita berfikir buruk dan selalu menderita, itulah Neraka. Dan hal itu akan mempengaruhi cara hidup kita dan orang-orang di sekitar kita.
Sebenarnya alam sudah mengajarkan kita untuk saling mengerti dan membutuhkan, sebab alam pun disatukan dengan udara, air dan tanah, pun juga manusia disatukan oleh Adam dan Hawa. Bahkan jika kita sadar, dalam satu kertas saja, ada banyak unsur yang disatukan oleh Tuhan. Kertas terdiri dari pepohonan, air, api dan lain sebagainya. Sehingga, harusnya manusia lebih mampu akan hal itu dikarenakan dapat berfikir dan memiliki kecerdasan.
»»»»
Waktu Ashar pun menjadi tanda bagi kami untuk beralih lokasi acara “Scripture For Peace” dari Vihara menuju ke Ashram Narayana (Asrama Umat Hindu). Ashram sendiri adalah asrama yang kemudian menjadi bahasa lumrah di Indonesia. Nara: manusia, dan Yana: adalah pelindung. Tempat ini adalah sebuah asrama atau kos-kosan, tapi kesehariannya dijadikan sebuah tempat ritual oleh mereka, yaitu pagi dan sore.
Tidak seperti kos-kosan pada umumnya. Asrama ini didirikan oleh Bapak Budi Raharjo sekaligus menjadi pembicara pada pertemuan ini. Beliau memaparkan bahwa asrama ini diharapkan menjadi wadah bagi anak-anak saya dan anak-anak teman saya yang ingin belajar di Jogja. Mereka akan kami bimbing agar selalu mengingat Tuhan dan Tidak Melupakan Tuhan. yaitu pagi mengingat Tuhan, dan sore tidak lupa Tuhan.
Banyak pengalaman keagamaan yang kita peroleh bersama teman-teman Hindu, baik tentang weda, dewa, kehidupan, reinkarnasi, surga neraka, bahkan sampai cara hidup mereka dalam kesehariannya, yaitu vegetarian. Tapi tidak mungkin hal tersebut bisa semuanya kami ulas disini. Tetapi setidaknya Bapak Raharjo sebagai pembicara sekaligus pendiri Ashram Narayana, beliau menyebutkan intisari pada setiap kitab yang dipelajari oleh Umat beragama adalah “Ingat Tuhan dan tidak lupa Tuhan."
Ajaran Universal
Sebelum menjelasakan kata-kata itu, mereka sepakat tentang nama Tuhan yang banyak penyebutannya "Universal." SemeNtara yang mereka sembah adalah Tuhan yang Maha Esa, bukan yang lain. jika ada yang mengira Umat Hindu menyembah selain itu, mereka hanya tidak tahu dan tidak membaca weda. Kata bapak Budi Raharjo.
Kita dapat mengambil manfaat maksud dari pada kata “ingat Tuhan dan tidak melupakan Tuhan” Ingat Tuhan, yang dikehendaki adalah kewajiban kita mengetahui ketentuan Tuhan dalam sabda-sabda-Nya. Tidak lupa Tuhan, yang dikehendaki adalah menjaga sikap agar selalu berbuat kasih antar sesama agar tidak merugikan orang lain. Sebab, jika kita bermaksiat otomatis lupa Tuhan.
Cukup indah sebenarnya setiap apa yang dikehendaki oleh Tuhan, hanya saja, masih terlalu banyak di antara kita terlalu acuh. Sehingga kebenaran itu seakan-akan tidak ada dan yang tampak hanya melawan kebenaran dan meremehkan orang lain. Bukankah kita tahu bahwa kesombongan tidak akan pernah menjadi satu dengan kebenaran? kecuali merugi.
Peduli terhadap sesama, menyadari perbedaan dan menyikapi dengan bijak, adalah cit-cita bersama. Menurut Bapak Rudi Raharjo, jangan membatasi ke-Maha Tahuan Tuhan dengan sikapmu yang seakan-akan benar sendiri. Anda berhak benar, tapi anda tidak berhak benar sendiri. Karena kita hidup bukan menciptakan kebenaran, tapi beusaha mencari kebenaran, oleh karena itu jangan saling menyalahkan.
Nilai-nilai universal inilah yang menjadi power bagi teman-teman YIPC Indoesia untuk terus berdiri menebar perdamaian, mencoba berkolaborasi serta mencari dan menciptakan kedamaian dari energi yang dipelajari dari kitab-kitab suci. Selain itu, kita harus lebih menyadari bahwa kita semua memang tidak sama, akan tetapi kita bisa bekerja sama.
Sebenarnya kita ini sama-sama ingin hidup damai dan menebar kasih sayang terhadap umat manusia dan alam semesta. Karena di antara wujud bersyukur pada Tuhan adalah menyukuri adanya perbedaan dan menjadikan perbedaan itu sebagai anugerah bukan masalah apalagi sebagai ancaman dan benih-benih perpecahan.
Salam Peace Shalom!
(Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga)
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.