Garis-garis Konflik di Timur Tengah

Sumber: https://m.bisnis.com

Kesepakatan Internasional menetepakan konflik di kawasan Timur Tengah di mulai sejak 14 Mei 1948. Berbanding lurus dengan lahirnya Negara Israel di Tanah Palestina. Lewis Alfred Coser (Sosiolog asal Amerika, 2003) dalam bukunya "The Function Of Social Conflict" mengatakan bahwa konflik adalah sebagai perjuangan nilai atau tuntutan atas status.

Membaca konflik di Timur tengah ada banyak nilai dan status yang dipertahankan dan dapat kita baca sebagai analysis approach, mulai dari aspek ekonomi, social-politik, dan yang terakhir adalah ideologi.

Dari aspek ekonomi, Timur Tengah memiliki cadangan minyak yang sangat besar. Negara-negara besar yang memiliki mobilitas produksi energi memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap kandungan minyak, mulai dari Amerika, Eropa, dan bahkan Asia seperti Jepang yang diketahui 80% kebutuhan minyak mereka memiliki ketergantungan.

Dalam aspek sosial-politik, konflik di Timur Tengah ditengarai dengan statemen Bangsa Israel bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan untuk mereka. Sedangkan dari pihak umat muslim merasa paling berhak, karena Palestina merupakan tempat peradaban yang suci (Bait al-Maqdis), sebagai tanda lahirnya mereka. Sampai saat ini masih berseteru dan belum menemukan titik temu untuk menyelesaikan dengan damai.

Terakhir adalah aspek ideologi; konflik antara sunni dan syi'ah dimulai sejak Arab Saudi men-judge Syi'ah sebagai golongan kafir. Judge ini menimbulkan reaksi sosial sebagai bentuk perlawanan dan mempertahankan argumen diantara keduanya. Pada tahun 2014 konflik ini memuncak di Tanah Yaman ketika pemerintahan Mansour Hadi difungsikan oleh Arab Saudi untuk menguatkan anggapan Kafir pada Syi'ah.

Sebagai bentuk perlawanan, Syi'ah memainkan peran Houthi sebagai lawan dari Pemerintahan Mansour. Di belakang Houthi adalah Iran sebagai Negara yang berideologi Syi'ah terbesar di Dunia. Konflik di Yaman akhirnya memiliki dua wajah, selain rival pemerintahan, tetapi juga konflik internasional karena keterlibatan Arab Saudi dan Iran.

Dampak perang-ideologi ini sangat terasa pada Indonesia. Warga Negara Indonesia di Yaman diketahui sangat banyak dan sebagain besar adalah para pelajar. Pada tahun 2014 banyak Santri asal Indonesia yang menimba Ilmu di Tarim di Pulangkan. Negerinya para wali (sebutan masyhur negara Yaman di kalangan pesantren) itu berada dalam kondisi tidak aman dan mencekam akibat konflik.

Konflik antara sunni-syi'ah ini adalah konflik internal sebenarnya, yaitu konflik saudara sesama umat muslim. Selain konflik internal, Timur Tengah juga diselimuti konflik ideologi eksternal, yaitu Yahudi dan Islam. Yahudi secara general memusuhi umat Islam, termasuk sunni dan syi'ah.

Akhirnya, tulisan ini kami akhiri. Sebenarnya masih sangat banyak indikator yang lain sebagai penunjang konflik di Timur Tengah, seperti konflik antara Iran dan Irak yang merebutkan kawasan minyak, konflik internal antar suku yang ada di Timur Tengah. Dan tak kalah pentingnya adalah peta global abad 20 dan intervensi asing yang tidak hanya diwarnai USA-Rusia, akhir-akhir ini juga China. 

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama